ALIRAN LINGUISTIK
TRANSFORMASI GENERATIF
Pembina : - Prof.Dr.H.Sumadi, M.Pd
- Dr.H.Sunaryo, Hs, S.H, M.Hum
Disusun Oleh : Hirman Sahapudin
Nim. 120211538564
Aliran transformasi
generatif sebenarnya bermula dan berakar pada penelitian yang dilakukan
oleh Zellig Harris di Universitas Pennsylvania sekitar tahun 1950.
Kemudian pada tahun 1957 mahasiswa Prof. Zellig Harris, yaitu Noam
Chomsky lewat bukunya Syntatic
Structure yang membuat revolusi besar pada studi bahasa, sesudah
terbitnya karya Bloomfield Language pada tahun 1933. Teori ini
dikembangkan pada bukunya yang ke dua berjudul Aspect of The Theory of Syntax pada tahun 1965. Dalam buku
ini, Chomsky telah menyempurnakan teorinya mengenai sintaksis dengan
mengadakan beberapa perubahan prinsipil yang dikenal dengan istilah "Standard Theory". Kemudian
dikembangkan lagi pada tahun 1972 dan diberi nama "Extended Standard Theory". Pada tahun 1975
direvisi kembali dan diberi nama
"Revised Extended” Standar dan revisi terakhir dengan nama “government and binding theory”. Aliran
ini muncul sebagai penolakan terhadap aliran struktural yang
beranggapan bahwa kelayakan kajian kebahasaan ditentukan oleh deskripsi
data kebahasaan secara induktif karena mengambil paham positivisme yang
mesyaratkan para peneliti bahasa untuk melekatkan dirinya pada segumpal
data bila ia mengadakan penelitian, sehingga penelitiannya kebanyakan
bersifat kuantitatif. Ingin tahu bagaimanakah aliran transformasi
generatif selengkapnya?
|
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
PROGRAM
PASCA SARJANA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
|
1. APAKAH ALIRAN TRANSFORMASI
GENERATIF ITU?
Aliran transformasi generatif
sebenarnya bermula dan berakar pada penelitian yang dilakukan oleh Zellig
Harris di Universitas Pennsylvania sekitar tahun 1950. Chomsky Kemudian pada
tahun 1957 mahasiswa Prof. Zellig Harris, yaitu Noam Chomsky lewat bukunya Syntatic Structure yang membuat revolusi
besar pada studi bahasa, sesudah terbitnya karya Bloomfield Language pada tahun 1933. Teori ini
dikembangkan pada bukunya yang ke dua berjudul Aspect of The Theory of
Syntax pada tahun 1965. Dalam buku ini, Chomsky telah menyempurnakan
teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan prinsipil yang
dikenal dengan istilah "Standard Theory". Kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1972 dan diberi
nama "Extended Standard Theory". Pada tahun 1975 direvisi
kembali dan diberi nama "Revised Extended Standar dan revisi terakhir dengan nama “government
and binding theory”.
Aliran ini muncul sebagai penolakan terhadap aliran
struktural yang beranggapan bahwa bahasa itu sifatnya learned dapat dipelajari dari lingkungan sekitar dan kelayakan
kajian kebahasaan ditentukan oleh deskripsi data kebahasaan secara induktif
karena mengambil paham positivisme yang mesyaratkan para peneliti bahasa untuk
melekatkan dirinya pada segumpal data bila ia mengadakan penelitian, sehingga
penelitiannya kebanyakan bersifat kuantitatif. Tidak demikian bagi Chomsky, bahasa
menurut Chomsky bersifat innate, artinya
bahasa merupakan keturunan dan sudah ada dalam jiwa manusia dan kajian
linguistik berkaitan dengan aktivitas mental yang probabilitas, dan bukan
berhadapan dengan data kajian yang tertutup dan selesai sehingga dapat
dianalisis dan dideskripsikan secara pasti. Oleh sebab itu, Chomsky beranggapan
bahwa teori linguistik harus dikembangkan dengan bertolak dari kerja secara
deduktif yang dibangun oleh konstruk hipotetik tertentu. Artinya, tugas para
peneliti bukan hanya mengambil kalimat terpisah, menamai bagian-bagiannya serta
melihat bagaimana bagian-bagian tersebut bekerja bersama-sama tetapi tugas
utamanya adalah membangun suatu teori bahasa.
Adapun pandangan
beberapa ahli tata bahasa terhadap pengertian aliran transformasi sebagai
berikut :
a. Keraf
( 1980: 153)
“Transformasi adalah suatau proses merubah
bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk lain, baik dari bentuk sederhana ke bentuk
yang kompleks maupun dari bentuk kompleks ke bentuk yang sederhana”.
b. Samsuri
(1981 :35)
“Transformasi adalah proses atau hasil
pengubahan sebuah struktur kebebasan atau struktur yang lain menurut kaidah
tertentu”.
c. Kridalaksana
(1984 :198)
“Transformasi adalah kaidah untuk mengubah
struktur gramatikal lain dengan menambah, mengurangi, atau mengatur kembali
konstituen-konstituennya”.
d. Rosenbaun
(1968 : 28)
“Transformasi
convert one sentences structure by performing verious operations on the
constituens making up there tructure”. Terjemahannya:
“Transformasi adalah proses perubahan struktur dalam suatu kalimat ke dalam
struktur luar atau struktur permukaannya”.
e. Kridalaksana,
(1993: 69)
Tata bahasa transformasi generatif merupakan
teori linguistik yang menyatakan bahwa tujuan linguistik ialah menemukan apa
yang semesta dan teratur dalam kemampuan manusia untuk memahami dan
menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal. Kalimat dianggap sebagai satuan
dasar, dan hubungan antara unsur-unsur dalam struktur kalimat diuraikan atas
abstraksi yang disebut kaidah struktur frase dan kaidah transformasi.
Jadi, dari
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa transformasi generatif merupakan
proses atau kaidah perubahan dari struktur dalam, menjadi struktur luar atau
permukaannya, baik dalam menambah, mengurangi (penghilangan), permutasi, maupun
pergantian. Teori transformasi generatif meninjau aspek bahasa berdasarkan
sudut pandang bahasa itu sendiri, serta menelaah unsur-unsur dan fungsinya
dalam bahasa yang diteliti.
Menurut teori transformasi generatif tatabahasa itu terdiri
dari tiga buah komponen, yaitu komponen yaitu, komponen fonologis, sintaksis,
dan semantik (Chaer. 2009: 34). Namun, untuk memahami ketiga konsep tersebut
perlu dipahami dulu konsep struktur dalam dan struktur luar.
a.
Struktur
dalam
Struktur
dalam adalah struktur kalimat itu berada di dalam otak penutur sebelum
diucapkan.
b. Struktur luar
Struktur
luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan dan dapat didengar. Jadi,
bersifat konkret. Menurut teori ini di dalam otak kita terdapat satu peringkat
reprensentasi yang abstrak untuk kalimat yang kita lahirkan. Artinya,
reprensentasi struktur dalam ini dihubungkan oleh rumus-rumus transformasi
dengan representasi struktur luar, yaitu kalimat-kalimat yang kita dengar atau
yang kita lahirkan. Perhatikan bagan berikut:
STRUKTUR –
LUAR
M
U
L
U
T
|
OTAK
|
SRUKTUR
– DALAM
(Representasi
dalam : Abstrak)
Untuk
memahami bagan tersebut berikut adalah contohnya :
1. Murid
itu mudah diajar,
2. Murid
itu senang diajar.
Kalimat
pertama dan kalimat kedua memiliki struktur luar yang sama, sebagai berikut :
K
FN
|
N
|
art
|
Murid
|
Mudah
|
Itu
|
Diajar
|
Diajar
|
Kalimat ke-1
|
Kalimat ke-2
|
Senang
|
Murid
|
Itu
|
FV
|
A
|
V
|
Keterangan :
K =
kalimat
FN =
Frase nominal
FV =
Frase kerja
A =
Adjetiva
Art =
Artikel
Dari kedua diagram di atas tampak bahwa
struktur luar kalimat pertama dan kalimat kedua adalah persis sama. Namun, kita
sebagai penutur bahasa Indonesia dapat merasakan bahwa yang mengalami sesuatu
yang menjadi akibat “murid itu diajar” adalah dua pihak yang berlainan. Pada
kalimat (1) yang mengalami sesuatu yang mudah adalah yang mengajar murid itu,
yakni guru. Sedangkan pada kalimat (2) yang merasa senang adalah murid, bukan
yang mengajar. Jadi, sebuah tata bahasa yang memadai harus mampu memberi
keterangan struktural mengapa kedua kalimat itu berbeda sebagai mana yang
dirasakan oleh penutur bahasa itu, oleh karena itu meskipun kalimat (1) dan
kalimat (2) memiliki struktur luar yang sama tetapi struktur dalamnya jauh
berbeda.
Kedua contoh di atas menunjukan sebuah fakta
yang sangat penting mengenai bahasa manusia yang tidak dapat diterangkan oleh
teori-teori tradisional lain tentang hakikat tata bahasa. Fakta tersebut adalah
adanya struktur dalam yang tidak dapat kita amati secara langsung karena berada
di dalam otak.
c. Komponen Sintaksis
Komponen
sintaksis dalam aliran transformasi merupakan komponen sentral dalam
pembentukan kalimat, disamping komponen semantik dan komponen fonologi.
Sintaksis adalah organisasi kata-kata (leksikon) yang membentuk frase atau
kalimat dalam suatu bahasa. Sehingga, tugas utama komponen sintaksis adalah
menentukan hubungan antara pola-pola bunyi bahasa itu dengan makna-maknanya
dengan cara mengatur urutan kata-kata yang membentuk frase atau kalimat itu
agar sesuai dengan makna yang diinginkan oleh penuturnya. Berikut contohnya :
“Kuda
itu menendang petani itu”
Setiap
penutur bahasa Indonesia dengan kompetensinya mengenai bahasa Indonesia akan
bisa menentukan hal-hal sebagai berikut:
1. Kalimat
tersebut adalah kalimat berterima, baik, dan lengkap
2. Kalimat
tersebut terdiri atas beberapa kata
3. Dalam
kalimat tersebut, kata kuda adalah
sebuah nomina, kata menendang adalah
sebuah verba, kata petani adalah
nomina, dan kata itu adalah atribut
yang berfungsi untuk menunjuk sesuatu yang dimaksud.
4. Jika
dipenggal kata tersebut, maka pemenggalannya sebagai berikut:
-
Kuda itu/ menendang petani (tidak
mungkin) ………. 1
-
Kuda/ itu menendang petani itu (atau) ………. 2
-
Kuda itu menendang/ petani itu ………. 3
Jadi dapat disimpulkan, pertama setiap penutur
bahasa Indonesia akan merasakan bahwa kata yang pertama lebih natural bergabung
dengan kata itu adalah kata kuda daripada dengan kata menendang. Kemampuan inilah yang disebut
sebagai competence (kompetensi) yaitu
hal yang secara tidak sadar kita lakukan terhadap tata bahasa Indonesia. Kedua,
dengan terjadinya kemungkinan pada kalimat (1) dapat ditarik kesimpulan bahwa
meskipun suatu kalimat berterima secara gramatikal belum tentu berterima secara
semantik. Oleh karena itu, disinilah peranan semantik itu diperlukan.
d. Komponen Semantik
Teori linguistik
transformasi generatif mengakui bahwa suatu kalimat sangat tergantung pada
beberapa faktor yang saling berkaitan dengan yang lain. Faktor itu antara lain
(a) makna leksikal kata yang membentuk kalimat, (b) urutan kata dalam
organisasi kalimat, (c) intonasi, cara kalimat diucapkan atau dituliskan, (d) konteks
situasi kalimat itu diucapkan atau dituliskan, (e) kalimat sebelum dan sesudah kalimat yang menyertai kalimat itu, (f)
faktor-faktor lain. Misalnya kata lagi
makan dan makan lagi menjadi
berbeda maknanya karena unsur-unsur katanya berbeda atau contoh kata manis secara leksikal mengacu pada rasa
seperti rasa gula; tetapi dapat juga bermakna baik, menarik, cantik. Contohnya
:
1. Gadis
itu sangat manis…. (bermakna ganda yaitu cantik&baik hati)
2. Gadis
itu sangat manis rupanya……… (bermakna
cantik)
3. Gadis
itu sangat manis budinya……… (bermakna
baik hati)
Oleh
karena itu, teori transformasi generatif menyatakan setiap kata memiliki filtur
semantik (semantic feature) dan
penanda semantik (semantic maker) yang
membentuk keseluruhan makna kata itu. Umpanya kata bapak memiliki filtur {+benda}, {+konkret}, {+manusia}, {+dewasa},
{+laki-laki}, {+menikah} {-beranak} dan kata ibu {+benda}, {+konkret}, {+manusia}, {+dewasa}, {-laki-laki},
{+menikah} {+beranak}. Perhatikan contoh kalimat berikut :
4. Ibu
sedang hamil,
5. *Bapak
sedang hamil.
Jadi, jelas perbedaan filtur kata bapak {+laki-laki} dan ibu {-laki-laki}, sehingga kalimat ke
(4) berterima dan kalimat ke (5) tidak berterima. Pengenalan filtur-filtur
semantik ini sebenarnya juga telah ternuranikan oleh setiap penutur suatu
bahasa dan merupakan bagian dari kompetensi bahasanya. Oleh karena itu, penutur
bahasa itu dapat mengenal mana kalimat yang berterima dan mana kalimat yang
tidak berterima.
e. Komponen Fonologi
Komponen
fonologi menjadi komponen ketiga dalam tata bahasa transformasi generatif yang
memiliki rumus-rumus fonologi yang bertugas mengubah struktur luar sintaksis
menjadi reprentasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar yang
diucapkan oleh seorang penutur.
Bunyi-bunyi
yang membentuk suatu kata disebut unit bunyi, segmen fonetik, atau dalam studi
fonologi disebut fon. Semua hal ini dalam fonologi dideskripsikan
berdasarkan tempat dan cara artikulasinya. Misalnya kata [baraŋ] dan [paraŋ]
yang mirip, dan masing-masing dibangun oleh lima buah fon, letak bedanya hanya
pada fon yang pertama, yaitu [b] dan [p]. Kedua fon ini termasuk bunyi hambat
bilabial. Bedanya bunyi [b] adalah bersuara dan bunyi [p] adalah bunyi yang
tidak bersuara.
Komponen
fonologi memiliki dua peringkat, yaitu peringkat-dalam dan peringkat luar.
Peringkat dalam berupa abstraksi dari representasi fonetik yang berada
diperingkat luar. Kedua peringkat ini dihubungkan oleh rumus-rumus fonologi.
Contohnya kata gerobak dalam bahasa
Indonesia yang bentuk pada peringkat dalamnya / g robak/, tetapi dalam bentuk peringkat luarnya
seperti yang diucapkan oleh orang Jakarta adalah [gƏrobag]. Jadi, rumus
fonologinya adalah :
[k]
[g]/v - #
Rumus
itu dibaca sebagai [k] harus diganti menjadi [g] dalam pengucapannya, jika muncul
pada akhir kata (-#) dan didahului oleh bunyi vokal (v). Anak panah berarti
berubah menjadi. Rumus fonologi kata <gerobak> di atas bisa juga menjadi
:
[k]
[k]/v - #
atau
[k]
[?]/v - #
2.2 CIRI-CIRI ALIRAN TRANSFORMASI GENERATIF
1. Berdasarkan Paham Mentalistik
Aliran
berpendapat bahwa proses berbahasa bukan sekadar proses rangsang-tanggap
semata-mata, akan tetapi justru menonjol sebagai proses kejiwaan. Proses
berbahasa bukan sekadar proses fisik yang berupa bunyi sebagai hasil sumber
getar yang diterima oleh alat auditoris, akan tetapi berupa proses kejiwaan di
dalam diri peserta bicara. Oleh karena itu, aliran ini sangat erat kaitannya
dengen subdisipliner psikolinguistik.
2. Bahasa Merupakan Innate
Kaum
transformasi beranggapan penuh bahwa bahasa merupakan faktor innate (warisan
keturunan). Dalam hal ini, untuk membuktikan teorinya Chomsky dengan bantuan
rekannya membuktikan bahwa struktur otak manusia dengan otak simpanse persis
sama, kecuali satu simpul syaraf bicara yang ada pada struktur otak manusia
tidak terdapat pada struktur otak simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak
dapat berbicara seperti manusia, meskipun ia telah dilatih berkali-kali, karena
hal itu tidak disebabkan oleh kebiasaan, akan tetapi harus ada faktor
keturunan.
3.
Bahasa terdiri atas unsur competent (kompetensi) dan performance
(perfomansi)
Sebagaimana yang telah kita sebutkan di atas,
aliran transformasional memisahkan bahasa atas unsur competent yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang penutur
tentang bahasanya termasuk kaidah-kaidah yang berlaku bagi bahasanya; dan performance yaitu keterampilan seseorang
dalam menggunakan bahasa tersebut.
4. Bahasa Terdiri atas Lapis Dalam dan
Lapis Permukaan
Teori transformasional memisahkan
bahasa atas dua lapisan, yakni deep
structure (struktur dalam/ lapis batin) yaitu tempat terjadinya
proses berbahasa yang sesungguhnya/ secara mentalistik; dan surface structure (struktur luar,
struktur lahiriah) yaituwujud lahiriyah yang ditransformasikan dari lapis
batin. Contoh: Welcome, Ahlan wa Sahlan, Selamat datang merupakan tiga unsur
struktur permukaan yang ditransformasikan dari satu struktur dalam yang sama.
5. Bahasa Bertolak dari Kalimat
Aliran ini
beranggapan bahwa kalimat merupakan tataran gramatik yang tertingi. Dari
kalimat analisisnya turun ke frasa dan kemudian dari frasa turun kata. Aliran
ini tidak mengakui adanya klausa.
6. Bahasa Bersifat Kreatif
Ciri ini merupakan reaksi atas
anggapan kaum struktural yang fanatik terhadap standar keumuman. Bagi kaum
transformasional yang terpenting adalah kaidah. Walaupun suatu bentuk kata
belum umum asalkan pembentukannya sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka tidak
ada halangan untuk mengakuinya sebagai bentuk gramatikalnya. Contoh:
a. Sampah telah menggunung di tepi jalan.
b. Peluhnya menganak sungai.
c. Sifatnya mengekor kakaknya.
Kata menggunung terbentuk dari kata
gunung dan afiks meN- yang meberbermaksud menyerupai gunung, sama seperti kata
menganak dan mengekor. Hal ini terjadi karena afiks meN- bertemu dengan kata
nominal.
2.3 KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ALIRAN
TRANSFORMASI GENERATIF
1. Keunggulan Aliran
Transformasi Generatif
a. Proses berbahasa merupakan proses kejiwaan bukan
fisik.
b. Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan berbahasa (linguistic
competent dan linguistic performance).
c. Dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan
kaidah yang ada.
d. Dengan pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilah antara
substansi dan perwujudan.
e. Dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya
bersifat generatif.
2.
Kelemahan Aliran Transformasi
a. Tidak mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa
dan kalimat.
b. Bahasa merupakan innate walaupun
manusia memiliki innate untuk
berbahasa, tetapi tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.
c. Setiap kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep structure (struktur dalam).
PENUTUP
1.
Simpulan
Teori generatif transformasi adalah teori
linguistik yang menerangkan dengan jelas pembentukan kalimat-kalimat gramatikal
dan menjelaskan struktur setiap kalimat itu, serta mengalihkan struktur dalam
bahasa kepada struktur luar bahasa untuk menentukan suatu kalimat. Tatabahasa
itu terdiri dari tiga buah komponen, yaitu komponen yaitu, komponen fonologis,
sintaksis, dan semantik
Sejarah
Aliran transformasi generatif dimulai dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang
berjudul Syntactic Structure pada
tahun 1957. Selanjutnya pada tahun 1965 munculnya lagi buku Chomsky dengan
judul Aspect of The Theory of Syntax.
Teori dalam buku versi 1965 ini dikenal dengan nama “Standard Theory”. Kemudian dalam tahun 1972 diperkembangkan lagi
dan diberi nama “Extended Standard
Theory”, lalu pada tahun 1975 direvisi lagi, dan diberi nama “Revised Extended Standard Theory”.
Terakhir direvisi lagi, dan diberi nama “government
and binding theory”.
Ciri-ciri
dari teori transformasi generatif adalah berdasarkan paham mentalistik, bahasa
merupakan innate, bahasa terdiri atas unsure kompetensi dan perfomansi, bahasa
terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan, analisis bahasa bertolak dari
kalimat, dan bahasa bersifat kreatif,.
2.
Saran/Rekomendasi
Setiap aliran linguistik tentunya memiliki
keunggulan sekaligus kelemahan. Demikian halnya aliran transformasi, tentu
memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk itu, sebagai mahasiswa bahasa sebaiknya
kita memanfaatkan berbagai teori yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan
kita. Dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan masing-masing teori, mahasiswa
tersebut dapat merancang pembelajarannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Basuki,
Imam Agus. 2005. Linguistika Teori dan
Terapan. Yogyakarta : CV. Grafika Indah
Chaer,
Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka
Cipta.
Chaer,
Abdul.2009. Psikolinguistik Kajian
Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta
Sampson,
Geoffrey. 1987. Model Linguistik Dewasa
Ini. (terjemahan Abd. Syukur
Ibrahim dan Machrus Sjamsuddin). Surabaya:Usaha Nasional.
Samsuri.
1988. Berbagai Aliran Linguistik Abab XX. Jakarta : Departemen Pendidikan
dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Jeffers,
Robert J. 1979. Prinsip dan Metode
Linguistik Historis. (terjemahan Abd.
Syukur Ibrahim dan Machrus
Sjamsuddin). Surabaya: Usaha Nasional.
Tarigan,
Hendri Guntur. 1988. Pengajaran Tata
Bahasa Tagmemik. Jakarta : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Sumber
Lain :
Frinto,aandwi.2008.Online,(http://cakrabuwana.files.wordpress.com//09/1402408211_doc.pdf
(http://tongkronganbudaya.wordpress.com/2008/03/08/tata-bahasa-generatif-transformatif/, diakses 30 Agustus 2012).
Saska.2011.Online.(http://aliranlinguistik.blogspot.com/07/aliran-transformasional.html, diakses 30 Agustus 2012).
Solihin,Agus.2010.Online,(http://www.scribd.com/doc/33723516/Teori-Chomsky-Dan-Pengajaran-Bahasa-Arab, diakses 30 Agustus 2012).
Yidens.2011.online,(http://dendensejati.blogspot.com/2011/11/aliran-transformational-generative.html, diakses 30 Agustus 2012).
Yohanes,Budinuryanta.2007.Online,(http://bentarabahasa.blogspot.com/12/perkembangan-linguistik-di-indonesia.html, diakses 30 Agustus 2012).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemikiran
Bahasa yang
merupakan pembeda kita dengan hewan sudah menggambarkan perbedaan yang nyata
dengan hewan. Bagaimana tidak, hewan tidak memiliki pikiran. Sebuah keniscayaan
dan tanda tanya yang besar apa sebenarnya bahasa itu? Dan bagaimana memahami
keberadaan bahasa itu?
Pertanyaan-pertanyaan
diataslah yang membuat para ahli memutar otak mereka untuk menemukan jawaban
pertanyaan itu dengan melakukan berbagai penelitian-penelitian bahasa. Sebut
saja orang-orang Yunani, tidak satu pun yang menyangkal bahwa bangsa Yunani
adalah bangsa yang memiliki peradaban yang maju karena dokumentasi terhadap
hasil intelektual manusianya hampir pada semua cabang ilmu pengetahuan yaitu
filsafat, moral, politik, estetika, ekonomi, matematika, astronomi, dan
linguistik.
Kenyataannya,
linguistik sebagai ilmu bahasa yang kita pelajari sekarang sudah berkembang
dari zaman Yunani kuno. Hal tersebut tidak lepas dari adanya kontroversi.
Kontroversi-kontroversi tersebut terjadi karena adanya sudut pandang dan
pernyataan ilmiah yang berlawanan. Wujud suatu kontroversi terletak pada
perbedaan paradigma keilmuan yang diikuti. Namun demikian, justru dengan
perbedaan tersebut akan berujung kepada titik temu yang memperkaya ilmu bahasa
itu sendiri.
Pendapat de
sausere (dalam Basuki, 2005:6) paradigma tersebut muncul karena bahasa dapat dilacak dari waktu ke waktu dan dapat
pula dipelajari untuk satu jangka waktu tertentu Perbedaan pandangan
atau paradigma tertentu pada ilmu bahasa (linguistik) memunculkan aliran-aliran
liguistik. Pada hakikatnya aliran-aliran tersebut adalah penyempurnaan dari
aliran sebelumnya, salah satunya adalah aliran transformasi generatif. Oleh
karena itu, dengan memahami aliran-aliran linguistik tertentu kita pada
akhirnya akan memiliki pemahaman tersendiri kekurangan dan kelebihan
masing-masing aliran sehingga dapat menentukan aliran mana yang menurut kita
lebih baik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan aliran Transformational
Generative Grammer atau transformasi generatif yang dicetuskan oleh Chomsky (1965) kemudian dikembangkan oleh
Halle (1973) dan Aronoff (1976). Selanjutnya teori ini dimodifikasi oleh
Dardjowidjojo (1988) dan disesuaikannya dengan sistem bahasa Indonesia.
Sesuai latar belakang di atas maka muncul
pertanyaan yaitu apakah aliran transformasi generatif itu? Bagaimana ciri-ciri
aliran transformasi generatif? Apakah kelebihan dan kekurangan aliran
transformasi generatif?
1.2 Permasalahan
Ilmu
pengetahuan ditemukan berdasarkan usaha secara sadar yang bersifat empiris,
sistematis, obyektif, analitis, dan verifikatif akan melahirkan sekumpulan
pengetahuan tertentu. Hal serupa dengan ilmu bahasa memunculkan teori-teori
yang pada dasarnya akan terus berkembang.
Salah satunya adalah aliran
trasformasi generatif, aliran ini meninjau aspek bahasa berdasarkan
sudut pandang bahasa itu sendiri, serta menelaah unsur-unsur dan fungsinya
dalam bahasa yang diteliti. Untuk memahami lebih dalam mengenai aliran
transformasi generatif rumusan masalah penulisan ini antara lain :
a. Apakah
aliran transformasi generatif itu?
b. Bagaimana
ciri-ciri aliran transformasi generatif?
c. Apakah
kelebihan dan kekurangan aliran transformasi generatif?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan
ini bertujuan yaitu :
a.
Memenuhi tugas matakuliah
linguistik lanjut yang dibina oleh Prof.Dr.H.Sumadi, M.P.d. dan Dr.H.Sunaryo,
Hs, S.H, M.Hum.
b.
Mendeskripsikan pengertian aliran
trasformasi generatif.
c.
Mendeskripsikan ciri-ciri aliran
trasformasi generatif.
d.
Mendeskripsikan kelebihan dan
kekurangan aliran transformasi generatif.
2.4 BEBERAPA CONTOH PENERAPAN TEORI TRANSFORMASI
GENERATIF
1. Welcome,
Ahlan wa Sahlan, Selamat datang
merupakan tiga unsur struktur permukaan yang ditransformasikan dari satu
struktur dalam yang sama.
2.
a. Mahasiswa melaksanakan rapat di ruang H4.
b. Mahasiswa
melaksanakan belajar di ruang H4.
Kalimat di atas dapat diubah menjadi kalimat
transformasi dengan menggunakan kaedah penggabungan, yaitu:
Mahasiswa
melaksanakan rapat dan belajar di ruang H2-204.
3. Nita
memukul lalat.
Merupakan kalimat
inti dengan berbagai ciri atau struktur yang tertera di atas. Kalimat tersebut
dapat menjadi kalimat transformasional yaitu:
Lalat dipukul Nita. (pemasifan)
Nita tidak memukul lalat. (pengingkaran)
Pukulah lalat itu! (perintah)
Siapa yang memukul lalat? (penanyaan)
Memukul lalat Nita. (inversi)
4. Salah
satu dari ciri transformasi generatif adalah bahasa bersifat kreatif, contohnya
adalah :
4.2
Peluhnya
menganak sungai.
4.3
Sampah
telah menggunung di tepi jalan.
Kata menggunung
terbentuk dari kata gunung dan prefiks me- bermaksud menyerupai gunung.
5. Adik menangis
Kaliamt di atas dapat ditransformasikan dengan beberapa
cara, antara lain:
4.1 Dengan
perubahan urutan kata, menjadi:
4.2 Dengan perubahan intonasi, menjadi:
Bagaimanakah sejarah aliran
tranformasi generatif?
Aliran transformasi yang dipelopori oleh Avram Noam
Chomsky yang berakar pada penelitian dosennya yaitu Prof. Zellig Harris. Chomsky adalah seorang dosen
yunior bidang filsafat di Universitas Harvard dan kemudian mendapat kedudukan
tetap sebagai dosen sekaligus profesor linguistik di Institut Teknologi Massachussetts. Chomsky lahir dari latar belakang ahli
bahasa, yaitu ayahnya adalah seorang ahli bahasa Yahudi yang kemudian
diperdalamnya diperguruan tinggi Universitas Pennsylvania.
Selama puluhan tahun, linguistik struktural
digandrungi para linguis modern sebagai satu-satunya aliran yang pantas diikuti
dalam menganalisis bahasa. Kemudian pada tahun 1957, Aliran Transformational Generative Grammar atau
dalam bahasa Indonesia lazim disebut tata bahasa transformasi, tata bahasa
generatif atau tata bahasa transformasi klasik, lahir dengan terbitnya buku
Noam Chomsky yang berjudul Syntactic
Structure pada tahun 1957. Adanya sambutan yang berupa kritik dan saran
atas kekurangan yang ada dalam teori itu menyebabkan munculnya lagi buku
Chomsky pada tahun 1965 dengan judul Aspect
of The Theory of Syntax. Dalam buku ini, Chomsky telah menyempurnakan
teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan yang prinsipil
yaitu sebagai berikut.
1. Komponen semantis suatu deskriptif linguistik
berbentuk seperangkat kaidah interpretatif yang beroperasi pada sintaksis
kalimat-kalimat kaidah ini agak mirip dengan kaidah fonologis.
2. Ada pembedaan antara struktur lahir dan batin.
Struktur lahir jauh lebih menyerupai struktur yang oleh para strukturalis
langsung diabstrakkan dari bentuk kalimat. Struktur batin merupakan abstraksi
yang berbeda tetapi dengan diakuinya struktur tersebut maka tersedia sistem
yang lebih kaya untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan timbal balik antara
sintaksis dan semantik dalam kalimat-kalimat bahasa yang alami.
3. Disribusi dari elemen-elemen sintaksis diubah
secara bertahap yang memperkaya struktur frase atau struktur batin dengan
mengorbankan kaidah trasformasi. Selanjutnya, trasformasi dikendalikan oleh
struktur batin, dan kemudian dikemukakan bahwa trasformasi itu sendiri tidak
mempunyai pengaruh terhadap makna kalimat. Kategori seperti negasi, pasif,
pertanyaan, dan perintah serta hubungan subordinat dan koornidat secara formal
diperkenalkan sebagai bagian dari kaidah trasformasi. Kaidah-kaidah ini
kemudian dimasukkan ke dalam komponen dasar yang mengatur struktur batin dan
leksikon bersama-sama dengan subkategorisasi nomina dan verba menjadi subkelas
seperti nomina takterbilang dan nomina terbilang,verba transitif dan verba
intransitif.
Teori dalam buku versi 1965 ini dikenal dengan
nama “Standard Theory”. Kemudian
dalam tahun 1972 diperkembangkan lagi dan diberi nama “Extended Standard Theory”, yang kemudian pada tahun 1975 direvisi
lagi, dan diberi nama “Revised Extended
Standard Theory”. Terakhir teori tentang tata bahasa transformasi ini
direvisi lagi menjadi apa yang disebut “government
and binding theory”.
2.3 Apakah perbedaan aliran
tranformasi generatif dengan aliran linguistik sebelumnya?
1.1.1
Keunggulan dan
Kelemahan Aliran Transformasional
1. Keunggulan
Aliran Transformasi
a. Proses
berbahasa merupakan proses kejiwaan bukan fisik.
b. Secara
tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan berbahasa (linguistic
competent dan linguistic performance).
c. Dapat
membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan kaidah yang
ada.
d. Dengan
pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilah antara substansi
dan perwujudan.
e. Dapat
menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya bersifat
generatif.
2. Kelemahan
Aliran Transformasi
a. Tidak
mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa dan
kalimat.
b. Bahasa
merupakan innate walaupun manusia memiliki innate untuk berbahasa tetapi tanpa
dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.
c. Setiap kebahasaan selalu
dikembalikan kepada deep struktur.
2.5 Bagaimanakah contoh penerapan
teori transformasi generatif pada kalimat?