Total Tayangan Halaman

Sabtu, 16 Februari 2013

KATA TUGAS



A.     DIKSI ATAU PILIHAN KATA

Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi  atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Pemilihan kata mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih dan  digunakan oleh pengarang. Mengingat bahwa karya fiksi (sastra) adalah dunia dalam kata, komunikasi dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-kata. Pemilihan kata-kata tentunya melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mendapatkan efek yang dikehendaki (Nurgiyantoro 1998:290).
Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :
  1. Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’.
b.      Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
c.       Menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.
Adapun fungsi pilihan kata atau diksi adalah untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.
Ø  JENIS KATA
Secara tradisional pembagian kelas/ jenis kata dalam bahasa di dunia dibagi menjadi 10 (sepuluh) antara lain :
1.      Kata benda (nomina)
2.      Kata kerja (verba)
3.      Kata sifat (ajektiva)
4.      Kata ganti (pronomina)
5.      Kata keterangan (adverbia)
6.      Kata bilangan (numeralia)
7.      Kata sambung (konjungtor)
8.      Kata seru (interjeksi)
9.      Kata sandang (artikula)
10.  Kada depan (preposisi)
Sedangkan dalam bahasa Indonesia pembagian kelas kata di bagi menjadi 5 (lima). Hal ini menurut Tim Depdikbud RI yang dipelopori oleh Hasan Alwi dkk. dalam buku Tata Bahasa Baku Indonesia (TBBI edisi perdana 1988) antara lain :
1.      Verba (kata kerja)
2.      Ajektiva (kata sifat)
3.      Adverbia (kata keterangan)
4.      Rumpun kata benda, yang beranggotakan antara lain :
a.      Nomina (kata benda)
b.      Pronomina (kata ganti)
c.       Numeralia (kata bilangan)
5.      Rumpun kata tugas, yang beranggotakan antara lain :
a.      Preposisi (kata depan)
b.      Konjungtor (kata sambung)
c.       Interjeksi (kata seru)
d.      Artikel (kata sandang)
e.      Partikel penegas
Pada pemaparan kali ini saya akan fokuskan pada pembahasan pada kata tugas sebagai pemenuhan tugas membaca.
B.     KATA TUGAS
Menurut Lamuddin Finoza dalam Komposisi Bahasa Indonesia, kata tugas merupakan kumpulan kata dan partikel yang tidak mempunyai arti leksikal, yaitu arti kata secara lepas tanpa kaitannya dengan kata lain (Lamuddin Finoza.2009: 80-81). Kemudian menurut Amrie Bin Abdul Rahman dalam www.docstoc.com/katatugas mengungkapkan pengertian kata tugas adalah sejenis perkataan yang hadir dalam ayat, klausa, atau frase untuk mendukung sesuatu tugas tertentu.
Adapun dalam www.wikipedia.org menyatakan pengertian Kata tugas ialah golongan perkataan selain kata nama, kata kerja dan kata sifat yang mendukung sesuatu tugas tertentu dalam binaan ayat, klausa dan frasa. Kehadiran kata tugas dalam ayat tidak berfungsi sebagai inti dalam sebarang frasa utama, sebaliknya mendukung sesuatu tugas sintaksis tertentu sama ada sebagai penghubung, penerang, penentu, penguat, pendepan, pembantu, penegas, penafi, pembenar pemeri atau tugas-tugas lain.
Dalam KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) dinyatakan pula pengertian kata tugas yaitu kata yang terutama menyatakan hubungan gramatikal yang tidak dapat bergabung dengan afiks, dan tidak mengandung makna leksikal. Jadi, dapat disimpulkan pengertian kata tugas adalah kata yang menyatakan hubungan gramatikal dalam kalimat, klausa atau frase yang tidak mengandung makna leksikal.
Misalnya kata si, ke, yang, dari, tidak akan mempunyai arti setelah dikaitkan dengan kata lain misalnya si terdakwa, ke pasar, yang menderita.

C.     Macam-macam kata tugas
Perlu diingat bahwa kehadiran kata tugas dalam kalimat tidak berfungsi sebagai inti dalam sebarang frasa utama, sebaliknya mendukung sesuatu tugas sintaksis tertentu sama ada sebagai penghubung, penerang, penentu, penguat, pendepan, pembantu, penegas, penafi, pembenar pemeri atau tugas-tugas lain.
Dalam bahasa melayu terdapat 17 jenis kata tugas antara lain :
1.      Kata adverba
2.      Kata hubung
3.      Kata sendi
4.      Kata seru
5.      Kata bantu
6.      Kata perintah
7.      Kata pangkal ayat
8.      Kata bantu
9.      Kata penguat
10.  Kata penegas
11.  Kata nafi
12.  Kata pemeri
13.  Kata pembenar
14.  Kata arah
15.  Kata bilangan
16.  Kata penekan
17.   Kata pembenda
Sedangkan dalam bahasa Indonesia yaitu menurut Tim Depdikbud RI yang dipelopori oleh Hasan Alwi dkk. dalam buku Tata Bahasa Baku Indonesia (TBBI edisi perdana 1988) kata tugas memiliki rumpun antara lain :
1.      Preposisi (Kata Depan)
Preposisi berasal dari bahasa latin yaitu prae yang berarti sebelum dan ponere,  yang berarti menempatkan, tempat. Kata depan adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat dan biasanya diikuti oleh nomina atau pronomina. Preposisi bisa berbentuk kata, misalnya di dan untuk, atau gabungan kata, misalnya bersama atau sampai dengan.
Cara penggolongan preposisi bervariasi tergantung dari rujukan yang digunakan. Berikut salah satu cara penggolongan yang dapat digunakan:
1.      Preposisi yang menandai tempat. Misalnya di, ke, dari.
Contohnya :
a.      Kain itu terletak di lemaro
b.      Bermain sajalah di sini
c.       Di mana Siti sekarang?
d.      Ke mana saja ia selama ini?
e.      Ia datang dari Surabaya kemarin
f.        Si amin lebih tua daripada Si Ahmad
g.      Kami percaya sepenuhnya kepadanya

2.      Preposisi yang menandai maksud dan tujuan. Misalnya untuk, guna.
Contohnya :
a.      Sumbangan ini untuk pembangunan Masjid
b.      Wajib pajak adalah kewajiban semua warga negara guna terciptanya kesejahteraan bersama

3.      Preposisi yang menandai waktu. Misalnya hingga, hampir.
Contohnya :
a.      Hirman berada hingga siang hari di sekolah.
b.      Amin hampir kemalaman datang ke rumah Anik.

4.      Preposisi yang menandai sebab. Misalnya demi, atas.
Contohnya :
a.      Siska rela berkorban demi Roni.
b.      Jamal dihukum mati atas kesalahannya membunuh istrinya.

2.      Konjungtor (Kata Sambung)
Menurut Soekono Wirjosoedarmo kata sambung (konjungsi) adalah kata yang digunakan untuk menyambung atau menghubungkan kata dengan kata, kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf, ide-ide dengan ide-ide, dan sejenisnya.
Ragam kata sambung antara lain terdiri dari :
a.      Kata sambung asal, misalnya : dan, maka, sedang, hingga, meski, lalu, bila, sambil, atau, serta, karema, jika, dll.
b.      Kata sambung jadian / bentukan:
- kata ulang, misalnya : jangan-jangan, seakan-akan, kalau-kalau, dll
c.       kata sambung majemuk, misalnya : apabila, lagi pula, karena itu, andaikata, sebab itu, dll.
d.      kata sambung berimbuhan, misalnya : sebelum, selama, sehingga, seandainya, sekiranya, melainkan, semenjak, andaikan, bagaikan, asalkan, sedangkan, jangankan, walaupun, meskipun, kendatipun, bermula, sebermula, dll.
Makna kata sambung :
a.         Sebagai pengantar (kalimat), misalnya : alkisah, syahdan, arkian, maka, sebermula, bahwasanya, hatta, adapun, dll.
b.         Sebagai himpunan / kumpulan, misalnya : dan, lagi, dengan, lagi pula, tambahan lagi, dll.
c.         Yang menyatakan pertentangan, misalnya : tetapi, hanya, sedangkan, biar, meski, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun, melainkan, dll.
d.         Yang menyatakan sebab, misalnya : sebab, karena, oleh sebab itu, oleh karena, dll.
e.         Yang menyatakan akibat, misalnya : sampai, sehingga, sebab itu, karena itu, sampai-sampai, dll.
f.          Yang menyatakan waktu, misalnya : bila, waktu, ketika, mula-mula, apabila, bilamana, sebelum, selama, setelah, tatkala, semenjak, sesudah, setelah, dll.
g.         Yang menyatakan tempat, misalnya : sampai, hingga.
h.         Yang menyatakan maksud, misalnya : supaya, agar, agar supaya.
i.           Yang menyatakan syarat, misalnya : asal, asalkan, jika, andaikata, kalau, seandainya, dll.
j.           Yang menyatakan perwatasan, misalnya : kecuali.
k.         Yang menyatakan keadaan/perihal, misalnya : sambil, seraya.
l.           Yang menyatakan perbandingan, misalnya : seperti, bagaikan, sebagai, seakan-akan, dll.
m.      Yang menyatakan modalitas, misalnya : jangan-jangan, kalau-kalau.

3.      INTERJEKSI (KATA SERU)
Kata seru ialah kata yang digunakan untuk menggambarkan perasaan seseorang seperti marah, sedih, gembira, sakit, hairan, kagum, terkejut, dan sebagainya. Cara penggunaannya disesuaikan dengan intonasi pengucapan iaitu dengan nada meninggi atau menurun.
 Dalam bahasa Melayu, kata seru digunakan untuk membentuk ayat seru. Perhatikan penerangan di bawah.
Kata Seru
Penerangan
Ayat Contoh
Aduh
Digunakan untuk
(a)Menyatakan perasaan sakit
(b)Menyatakan perasaan kagum/hairan
1. Aduh, sakitnya tanganku!
2. Aduh, indah sekali pemandangan di sini!
Aduhai
Digunakan untuk menyatakan perasaan sedih/dukacita
1. Aduhai, malang sekali nasib peminta sedekah itu!
2. Aduhai, apalah malang nasibku ini!
Ah
Digunakan untuk menyatakan perasaan penolakan/tidak bersetuju/membantah
1. Ah, aku tidak bersetuju!
2. Ah, aku tiada masa untuk melayan engkau!
Amboi
Digunakan untuk menyatakan perasaan kagum/hairan
1. Amboi, sombongnya dia!
2. Amboi, hebat sekali engkau beraksi!
Cis/cih
Digunakan untuk
(a) Menyatakan perasaan marah
(b) Menyatakan perasaan mengejek/menyindir
1. Cis, kalau kail panjang sejengkal, lautan dalam jangan diduga!
2. Cih, harimau di hutan lagi dapat kujinakkan, inikan pula cicak mengkarung!
Eh
Digunakan untuk menyatakan perasaan hairan/terkejut
1. Eh, bilakah kau pulang ke tanah air!
2. Eh, Salim pun ada di sini!
Hai
Digunakan untuk
(a) Menyatakan perasaan hendak menegur atau menyapa seseorang
(b) Cuba menarik perhatian
1. Hai, nama saya Patsy!
2. Hai, lihat anak kecil di hujung sana itu!
Nah
Digunakan untuk menarik perhatian dan pelbagai maksud lain
1. Nah, ambillah pemberikanku ini!
2. Nah, serahkan saja perkara ini kepada mereka!
Wah
Digunakan untuk menyatakan perasaan kagum/takjub
1. Wah, tinggi sungguh cita-citamu!
2. Wah, mulia sekali hatimu!
Wahai
Digunakan untuk
(a) Menyatakan perasaan dukacita
(b) Mendapatkan perhatian
1. Wahai kawan-kawanku, marilah kita bersatu padu!
2. Wahai anak-anak bangsaku, janganlah leka dengan kemewahan dunia!


4.      Artikula (Kata Sandang)
Artikula atau kata sandang adalah kata yang tidak memiliki arti tapi menjelaskan nomina, contohnya adalah si, sang, dan kaum. Kata sandang bisa digunakan untuk mendampingi kata benda dasar, nomina yang terbentuk dari verba, pronomina, atau verba pasif.

5.      Partikel Penegas
Partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Dalam bahasa Indonesia, ada empat partikel penegas, yaitu -kah, -lah, -tah, dan pun. Tiga yang pertama adalah klitik sedangkan yang keempat tidak.

a.      Partikel -kah

Dipakai dalam kalimat interogatif dan berfungsi menegaskan.
1.      Mengubah kalimat deklaratif menjadi kalimat interogatif: Diakah yang akan datang?
2.      Bersifat manasuka dalam kalimat interogatif yang telah memiliki kata tanya seperti apa, di mana, dan bagaimana: Apakah ayahmu sudah datang?
3.      Memperjelas kalimat interogatif yang tidak memiliki kata tanya: Akan datangkah dia nanti malam?
b.      Partikel -lah
Dipakai dalam kalimat imperatif atau deklaratif.
1.      Menghaluskan sedikit nada perintah kalimat imperatif: Pergilah sekarang, sebelum hujan turun!
2.      Memberikan ketegasan yang lebih keras dalam kalimat deklaratif: Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah.
c.       Partikel -tah
Dipakai dalam kalimat interogatif. Bersifat retoris: penanya tidak berharap mendapat jawaban dan seolah hanya bertanya pada diri sendiri. Partikel -tah banyak digunakan dalam sastra lama tapi kini tak banyak dipakai lagi.
Contoh: Apatah artinya hidup ini tanpa engkau?
d.      Partikel pun
Dipakai dalam kalimat deklaratif.
1.      Mengeraskan arti kata yang diiringinya: Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami.
2.      Menandakan perbuatan atau proses mulai berlaku atau terjadi jika dipakai bersama -lah: Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya.




SUMBER BACAAN

Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Anonim.2006. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta :Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Anonim.2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 1. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Anonim.2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar