Total Tayangan Halaman

Senin, 24 September 2012

Aliran Transformasi Generatif



ALIRAN LINGUISTIK
TRANSFORMASI GENERATIF


Pembina                   : - Prof.Dr.H.Sumadi, M.Pd
  - Dr.H.Sunaryo, Hs, S.H, M.Hum

Disusun Oleh          : Hirman Sahapudin
                                      Nim. 120211538564




Aliran transformasi generatif sebenarnya bermula dan berakar pada penelitian yang dilakukan oleh Zellig Harris di Universitas Pennsylvania sekitar tahun 1950. Kemudian pada tahun 1957 mahasiswa Prof. Zellig Harris, yaitu Noam Chomsky lewat bukunya Syntatic Structure yang membuat revolusi besar pada studi bahasa, sesudah terbitnya karya Bloomfield Language pada tahun 1933. Teori ini dikembangkan pada bukunya yang ke dua berjudul Aspect of The Theory of Syntax pada tahun 1965. Dalam buku ini, Chomsky telah menyempurnakan teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan prinsipil yang dikenal dengan istilah "Standard Theory". Kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1972 dan diberi nama "Extended Standard Theory". Pada tahun 1975 direvisi kembali dan diberi nama "Revised Extended” Standar dan revisi terakhir dengan nama “government and binding theory”. Aliran ini muncul sebagai penolakan terhadap aliran struktural yang beranggapan bahwa kelayakan kajian kebahasaan ditentukan oleh deskripsi data kebahasaan secara induktif karena mengambil paham positivisme yang mesyaratkan para peneliti bahasa untuk melekatkan dirinya pada segumpal data bila ia mengadakan penelitian, sehingga penelitiannya kebanyakan bersifat kuantitatif. Ingin tahu bagaimanakah aliran transformasi generatif selengkapnya?

    
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PROGRAM PASCA SARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
    
 

 

1. APAKAH ALIRAN TRANSFORMASI GENERATIF ITU?
Aliran transformasi generatif sebenarnya bermula dan berakar pada penelitian yang dilakukan oleh Zellig Harris di Universitas Pennsylvania sekitar tahun 1950. Chomsky Kemudian pada tahun 1957 mahasiswa Prof. Zellig Harris, yaitu Noam Chomsky lewat bukunya Syntatic Structure yang membuat revolusi besar pada studi bahasa, sesudah terbitnya karya Bloomfield Language pada tahun 1933. Teori ini dikembangkan pada bukunya yang ke dua berjudul Aspect of The Theory of Syntax pada tahun 1965. Dalam buku ini, Chomsky telah menyempurnakan teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan prinsipil yang dikenal dengan istilah "Standard Theory". Kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1972 dan diberi nama "Extended Standard Theory". Pada tahun 1975 direvisi kembali dan diberi nama "Revised Extended Standar dan revisi terakhir dengan nama “government and binding theory”.
 Aliran ini muncul sebagai penolakan terhadap aliran struktural yang beranggapan bahwa bahasa itu sifatnya learned dapat dipelajari dari lingkungan sekitar dan kelayakan kajian kebahasaan ditentukan oleh deskripsi data kebahasaan secara induktif karena mengambil paham positivisme yang mesyaratkan para peneliti bahasa untuk melekatkan dirinya pada segumpal data bila ia mengadakan penelitian, sehingga penelitiannya kebanyakan bersifat kuantitatif. Tidak demikian bagi Chomsky, bahasa menurut Chomsky bersifat innate, artinya bahasa merupakan keturunan dan sudah ada dalam jiwa manusia dan kajian linguistik berkaitan dengan aktivitas mental yang probabilitas, dan bukan berhadapan dengan data kajian yang tertutup dan selesai sehingga dapat dianalisis dan dideskripsikan secara pasti. Oleh sebab itu, Chomsky beranggapan bahwa teori linguistik harus dikembangkan dengan bertolak dari kerja secara deduktif yang dibangun oleh konstruk hipotetik tertentu. Artinya, tugas para peneliti bukan hanya mengambil kalimat terpisah, menamai bagian-bagiannya serta melihat bagaimana bagian-bagian tersebut bekerja bersama-sama tetapi tugas utamanya adalah membangun suatu teori bahasa.

Adapun pandangan beberapa ahli tata bahasa terhadap pengertian aliran transformasi sebagai berikut :
a.    Keraf ( 1980: 153)
“Transformasi adalah suatau proses merubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk lain, baik dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks maupun dari bentuk kompleks ke bentuk yang sederhana”.
b.    Samsuri (1981 :35)
“Transformasi adalah proses atau hasil pengubahan sebuah struktur kebebasan atau struktur yang lain menurut kaidah tertentu”.
c.    Kridalaksana (1984 :198)
“Transformasi adalah kaidah untuk mengubah struktur gramatikal lain dengan menambah, mengurangi, atau mengatur kembali konstituen-konstituennya”.
d.    Rosenbaun (1968 : 28)
“Transformasi convert one sentences structure by performing verious operations on the constituens making up there tructure”. Terjemahannya: “Transformasi adalah proses perubahan struktur dalam suatu kalimat ke dalam struktur luar atau struktur permukaannya”.
e.    Kridalaksana, (1993: 69)
Tata bahasa transformasi generatif merupakan teori linguistik yang menyatakan bahwa tujuan linguistik ialah menemukan apa yang semesta dan teratur dalam kemampuan manusia untuk memahami dan menghasilkan kalimat-kalimat yang gramatikal. Kalimat dianggap sebagai satuan dasar, dan hubungan antara unsur-unsur dalam struktur kalimat diuraikan atas abstraksi yang disebut kaidah struktur frase dan kaidah transformasi.
Jadi, dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa transformasi generatif merupakan proses atau kaidah perubahan dari struktur dalam, menjadi struktur luar atau permukaannya, baik dalam menambah, mengurangi (penghilangan), permutasi, maupun pergantian. Teori transformasi generatif meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut pandang bahasa itu sendiri, serta menelaah unsur-unsur dan fungsinya dalam bahasa yang diteliti.
Menurut teori transformasi generatif tatabahasa itu terdiri dari tiga buah komponen, yaitu komponen yaitu, komponen fonologis, sintaksis, dan semantik (Chaer. 2009: 34). Namun, untuk memahami ketiga konsep tersebut perlu dipahami dulu konsep struktur dalam dan struktur luar.
a.      Struktur dalam
Struktur dalam adalah struktur kalimat itu berada di dalam otak penutur sebelum diucapkan.
b.      Struktur luar
Struktur luar adalah struktur kalimat itu ketika diucapkan dan dapat didengar. Jadi, bersifat konkret. Menurut teori ini di dalam otak kita terdapat satu peringkat reprensentasi yang abstrak untuk kalimat yang kita lahirkan. Artinya, reprensentasi struktur dalam ini dihubungkan oleh rumus-rumus transformasi dengan representasi struktur luar, yaitu kalimat-kalimat yang kita dengar atau yang kita lahirkan. Perhatikan bagan berikut:
                                    STRUKTUR – LUAR
M
U
L
U
T
                        (Representasi fonetik kalimat)


OTAK
                                                            Rumus-rumus transformasi

SRUKTUR – DALAM
                                    (Representasi dalam   : Abstrak)

           
Untuk memahami bagan tersebut berikut adalah contohnya :
1.      Murid itu mudah diajar,
2.      Murid itu senang diajar.

Kalimat pertama dan kalimat kedua memiliki struktur luar yang sama, sebagai berikut :


K
FN
N
art
Murid
Mudah
Itu
Diajar
Diajar
Kalimat ke-1
Kalimat ke-2
Senang
Murid
Itu
FV
A
V
 







Keterangan :
K                      = kalimat
FN                    = Frase nominal
FV                    = Frase kerja
A                      = Adjetiva
Art                   = Artikel
Dari kedua diagram di atas tampak bahwa struktur luar kalimat pertama dan kalimat kedua adalah persis sama. Namun, kita sebagai penutur bahasa Indonesia dapat merasakan bahwa yang mengalami sesuatu yang menjadi akibat “murid itu diajar” adalah dua pihak yang berlainan. Pada kalimat (1) yang mengalami sesuatu yang mudah adalah yang mengajar murid itu, yakni guru. Sedangkan pada kalimat (2) yang merasa senang adalah murid, bukan yang mengajar. Jadi, sebuah tata bahasa yang memadai harus mampu memberi keterangan struktural mengapa kedua kalimat itu berbeda sebagai mana yang dirasakan oleh penutur bahasa itu, oleh karena itu meskipun kalimat (1) dan kalimat (2) memiliki struktur luar yang sama tetapi struktur dalamnya jauh berbeda.


Kedua contoh di atas menunjukan sebuah fakta yang sangat penting mengenai bahasa manusia yang tidak dapat diterangkan oleh teori-teori tradisional lain tentang hakikat tata bahasa. Fakta tersebut adalah adanya struktur dalam yang tidak dapat kita amati secara langsung karena berada di dalam otak.

c.       Komponen Sintaksis
Komponen sintaksis dalam aliran transformasi merupakan komponen sentral dalam pembentukan kalimat, disamping komponen semantik dan komponen fonologi. Sintaksis adalah organisasi kata-kata (leksikon) yang membentuk frase atau kalimat dalam suatu bahasa. Sehingga, tugas utama komponen sintaksis adalah menentukan hubungan antara pola-pola bunyi bahasa itu dengan makna-maknanya dengan cara mengatur urutan kata-kata yang membentuk frase atau kalimat itu agar sesuai dengan makna yang diinginkan oleh penuturnya. Berikut contohnya :
“Kuda itu menendang petani itu”
Setiap penutur bahasa Indonesia dengan kompetensinya mengenai bahasa Indonesia akan bisa menentukan hal-hal sebagai berikut:
1.      Kalimat tersebut adalah kalimat berterima, baik, dan lengkap
2.      Kalimat tersebut terdiri atas beberapa kata
3.      Dalam kalimat tersebut, kata kuda adalah sebuah nomina, kata menendang adalah sebuah verba, kata petani adalah nomina, dan kata itu adalah atribut yang berfungsi untuk menunjuk sesuatu yang dimaksud.
4.      Jika dipenggal kata tersebut, maka pemenggalannya sebagai berikut:
-          Kuda itu/ menendang petani   (tidak mungkin)  ………. 1
-          Kuda/ itu menendang petani itu      (atau)            ………. 2
-          Kuda itu menendang/ petani itu                             ………. 3
Jadi dapat disimpulkan, pertama setiap penutur bahasa Indonesia akan merasakan bahwa kata yang pertama lebih natural bergabung dengan kata itu adalah kata kuda daripada dengan kata menendang. Kemampuan inilah yang disebut sebagai competence (kompetensi) yaitu hal yang secara tidak sadar kita lakukan terhadap tata bahasa Indonesia. Kedua, dengan terjadinya kemungkinan pada kalimat (1) dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun suatu kalimat berterima secara gramatikal belum tentu berterima secara semantik. Oleh karena itu, disinilah peranan semantik itu diperlukan.

d.      Komponen Semantik
Teori linguistik transformasi generatif mengakui bahwa suatu kalimat sangat tergantung pada beberapa faktor yang saling berkaitan dengan yang lain. Faktor itu antara lain (a) makna leksikal kata yang membentuk kalimat, (b) urutan kata dalam organisasi kalimat, (c) intonasi, cara kalimat diucapkan atau dituliskan, (d) konteks situasi kalimat itu diucapkan atau dituliskan, (e) kalimat sebelum dan sesudah  kalimat yang menyertai kalimat itu, (f) faktor-faktor lain. Misalnya kata lagi makan dan makan lagi menjadi berbeda maknanya karena unsur-unsur katanya berbeda atau contoh kata manis secara leksikal mengacu pada rasa seperti rasa gula; tetapi dapat juga bermakna baik, menarik, cantik. Contohnya :
1.      Gadis itu sangat manis….  (bermakna ganda yaitu cantik&baik hati)
2.      Gadis itu sangat manis rupanya……… (bermakna cantik)
3.      Gadis itu sangat manis budinya……… (bermakna baik hati)
Oleh karena itu, teori transformasi generatif menyatakan setiap kata memiliki filtur semantik (semantic feature) dan penanda semantik (semantic maker) yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Umpanya kata bapak memiliki filtur {+benda}, {+konkret}, {+manusia}, {+dewasa}, {+laki-laki}, {+menikah} {-beranak} dan kata ibu {+benda}, {+konkret}, {+manusia}, {+dewasa}, {-laki-laki}, {+menikah} {+beranak}. Perhatikan contoh kalimat berikut :
4.      Ibu sedang hamil,
5.      *Bapak sedang hamil.
Jadi, jelas perbedaan filtur kata bapak {+laki-laki} dan ibu {-laki-laki}, sehingga kalimat ke (4) berterima dan kalimat ke (5) tidak berterima. Pengenalan filtur-filtur semantik ini sebenarnya juga telah ternuranikan oleh setiap penutur suatu bahasa dan merupakan bagian dari kompetensi bahasanya. Oleh karena itu, penutur bahasa itu dapat mengenal mana kalimat yang berterima dan mana kalimat yang tidak berterima.


e.      Komponen Fonologi
Komponen fonologi menjadi komponen ketiga dalam tata bahasa transformasi generatif yang memiliki rumus-rumus fonologi yang bertugas mengubah struktur luar sintaksis menjadi reprentasi fonetik yaitu bunyi-bunyi bahasa yang kita dengar yang diucapkan oleh seorang penutur.
Bunyi-bunyi yang membentuk suatu kata disebut unit bunyi, segmen fonetik, atau dalam studi fonologi disebut fon.  Semua hal ini dalam fonologi dideskripsikan berdasarkan tempat dan cara artikulasinya. Misalnya kata [baraŋ] dan [paraŋ] yang mirip, dan masing-masing dibangun oleh lima buah fon, letak bedanya hanya pada fon yang pertama, yaitu [b] dan [p]. Kedua fon ini termasuk bunyi hambat bilabial. Bedanya bunyi [b] adalah bersuara dan bunyi [p] adalah bunyi yang tidak bersuara.
Komponen fonologi memiliki dua peringkat, yaitu peringkat-dalam dan peringkat luar. Peringkat dalam berupa abstraksi dari representasi fonetik yang berada diperingkat luar. Kedua peringkat ini dihubungkan oleh rumus-rumus fonologi. Contohnya kata gerobak dalam bahasa Indonesia yang bentuk pada peringkat dalamnya / g  robak/, tetapi dalam bentuk peringkat luarnya seperti yang diucapkan oleh orang Jakarta adalah [gƏrobag]. Jadi, rumus fonologinya adalah :
[k]                               [g]/v  - #
Rumus itu dibaca sebagai [k] harus diganti menjadi [g] dalam pengucapannya, jika muncul pada akhir kata (-#) dan didahului oleh bunyi vokal (v). Anak panah berarti berubah menjadi. Rumus fonologi kata <gerobak> di atas bisa juga menjadi :
[k]                               [k]/v  - #    atau
[k]                               [?]/v  - #

2.2 CIRI-CIRI ALIRAN TRANSFORMASI GENERATIF
1.      Berdasarkan Paham Mentalistik
Aliran berpendapat bahwa proses berbahasa bukan sekadar proses rangsang-tanggap semata-mata, akan tetapi justru menonjol sebagai proses kejiwaan. Proses berbahasa bukan sekadar proses fisik yang berupa bunyi sebagai hasil sumber getar yang diterima oleh alat auditoris, akan tetapi berupa proses kejiwaan di dalam diri peserta bicara. Oleh karena itu, aliran ini sangat erat kaitannya dengen subdisipliner psikolinguistik.

2.      Bahasa Merupakan Innate
Kaum transformasi beranggapan penuh bahwa bahasa merupakan faktor innate (warisan keturunan). Dalam hal ini, untuk membuktikan teorinya Chomsky dengan bantuan rekannya membuktikan bahwa struktur otak manusia dengan otak simpanse persis sama, kecuali satu simpul syaraf bicara yang ada pada struktur otak manusia tidak terdapat pada struktur otak simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak dapat berbicara seperti manusia, meskipun ia telah dilatih berkali-kali, karena hal itu tidak disebabkan oleh kebiasaan, akan tetapi harus ada faktor keturunan.

3.      Bahasa terdiri atas unsur competent (kompetensi) dan performance (perfomansi)
Sebagaimana yang telah kita sebutkan di atas, aliran transformasional memisahkan bahasa atas unsur competent yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang penutur tentang bahasanya termasuk kaidah-kaidah yang berlaku bagi bahasanya; dan performance yaitu keterampilan seseorang dalam menggunakan bahasa tersebut.

4.      Bahasa Terdiri atas Lapis Dalam dan Lapis Permukaan
Teori transformasional memisahkan bahasa atas dua lapisan, yakni deep structure (struktur dalam/ lapis batin) yaitu tempat terjadinya proses berbahasa yang sesungguhnya/ secara mentalistik; dan surface structure (struktur luar, struktur lahiriah) yaituwujud lahiriyah yang ditransformasikan dari lapis batin. Contoh: Welcome, Ahlan wa Sahlan, Selamat datang merupakan tiga unsur struktur permukaan yang ditransformasikan dari satu struktur dalam yang sama.

5.      Bahasa Bertolak dari Kalimat
Aliran ini beranggapan bahwa kalimat merupakan tataran gramatik yang tertingi. Dari kalimat analisisnya turun ke frasa dan kemudian dari frasa turun kata. Aliran ini tidak mengakui adanya klausa.

6.      Bahasa Bersifat Kreatif
Ciri ini merupakan reaksi atas anggapan kaum struktural yang fanatik terhadap standar keumuman. Bagi kaum transformasional yang terpenting adalah kaidah. Walaupun suatu bentuk kata belum umum asalkan pembentukannya sesuai dengan kaidah yang berlaku, maka tidak ada halangan untuk mengakuinya sebagai bentuk gramatikalnya. Contoh:
a. Sampah telah menggunung di tepi jalan.
b. Peluhnya menganak sungai.
c. Sifatnya mengekor kakaknya.
Kata menggunung terbentuk dari kata gunung dan afiks meN- yang meberbermaksud menyerupai gunung, sama seperti kata menganak dan mengekor. Hal ini terjadi karena afiks meN- bertemu dengan kata nominal.
2.3 KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ALIRAN TRANSFORMASI GENERATIF
1. Keunggulan Aliran Transformasi Generatif
a.  Proses berbahasa merupakan proses kejiwaan bukan fisik.
b. Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan berbahasa (linguistic competent dan linguistic performance).
c. Dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan kaidah yang ada.
d. Dengan pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilah antara substansi dan perwujudan.
e. Dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya bersifat generatif.
2. Kelemahan Aliran Transformasi
a. Tidak mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa dan kalimat.
b. Bahasa merupakan innate walaupun manusia memiliki innate untuk berbahasa, tetapi tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.
c. Setiap kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep structure (struktur dalam).

PENUTUP
1.      Simpulan
Teori generatif transformasi adalah teori linguistik yang menerangkan dengan jelas pembentukan kalimat-kalimat gramatikal dan menjelaskan struktur setiap kalimat itu, serta mengalihkan struktur dalam bahasa kepada struktur luar bahasa untuk menentukan suatu kalimat. Tatabahasa itu terdiri dari tiga buah komponen, yaitu komponen yaitu, komponen fonologis, sintaksis, dan semantik
Sejarah Aliran transformasi generatif dimulai dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul Syntactic Structure pada tahun 1957. Selanjutnya pada tahun 1965 munculnya lagi buku Chomsky dengan judul Aspect of The Theory of Syntax. Teori dalam buku versi 1965 ini dikenal dengan nama “Standard Theory”. Kemudian dalam tahun 1972 diperkembangkan lagi dan diberi nama “Extended Standard Theory”, lalu pada tahun 1975 direvisi lagi, dan diberi nama “Revised Extended Standard Theory”. Terakhir direvisi lagi, dan diberi nama “government and binding theory”.
Ciri-ciri dari teori transformasi generatif adalah berdasarkan paham mentalistik, bahasa merupakan innate, bahasa terdiri atas unsure kompetensi dan perfomansi, bahasa terdiri atas lapis dalam dan lapis permukaan, analisis bahasa bertolak dari kalimat, dan bahasa bersifat kreatif,.
2.      Saran/Rekomendasi
Setiap aliran linguistik tentunya memiliki keunggulan sekaligus kelemahan. Demikian halnya aliran transformasi, tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk itu, sebagai mahasiswa bahasa sebaiknya kita memanfaatkan berbagai teori yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan kita. Dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihan masing-masing teori, mahasiswa tersebut dapat merancang pembelajarannya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.




DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Imam Agus. 2005. Linguistika Teori dan Terapan. Yogyakarta : CV. Grafika Indah
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta.
Chaer, Abdul.2009. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta
Sampson, Geoffrey. 1987. Model Linguistik Dewasa Ini. (terjemahan Abd. Syukur             Ibrahim dan Machrus Sjamsuddin). Surabaya:Usaha Nasional.
Samsuri. 1988.  Berbagai Aliran Linguistik Abab XX. Jakarta : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Jeffers, Robert J. 1979. Prinsip dan Metode Linguistik Historis. (terjemahan Abd.            Syukur Ibrahim dan Machrus Sjamsuddin). Surabaya: Usaha Nasional.
Tarigan, Hendri Guntur. 1988. Pengajaran Tata Bahasa Tagmemik. Jakarta : Departemen Pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK.

Sumber Lain :
Frinto,aandwi.2008.Online,(http://cakrabuwana.files.wordpress.com//09/1402408211_doc.pdf (http://tongkronganbudaya.wordpress.com/2008/03/08/tata-bahasa-generatif-transformatif/, diakses 30 Agustus 2012).
Online,(http://id.wikipedia.org/wiki/Noam_Chomsky, diakses 30 Agustus 2012).
Saska.2011.Online.(http://aliranlinguistik.blogspot.com/07/aliran-transformasional.html, diakses 30 Agustus 2012).
Solihin,Agus.2010.Online,(http://www.scribd.com/doc/33723516/Teori-Chomsky-Dan-Pengajaran-Bahasa-Arab, diakses 30 Agustus 2012).
Yohanes,Budinuryanta.2007.Online,(http://bentarabahasa.blogspot.com/12/perkembangan-linguistik-di-indonesia.html, diakses 30 Agustus 2012).



BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang Pemikiran
Bahasa yang merupakan pembeda kita dengan hewan sudah menggambarkan perbedaan yang nyata dengan hewan. Bagaimana tidak, hewan tidak memiliki pikiran. Sebuah keniscayaan dan tanda tanya yang besar apa sebenarnya bahasa itu? Dan bagaimana memahami keberadaan bahasa itu?
Pertanyaan-pertanyaan diataslah yang membuat para ahli memutar otak mereka untuk menemukan jawaban pertanyaan itu dengan melakukan berbagai penelitian-penelitian bahasa. Sebut saja orang-orang Yunani, tidak satu pun yang menyangkal bahwa bangsa Yunani adalah bangsa yang memiliki peradaban yang maju karena dokumentasi terhadap hasil intelektual manusianya hampir pada semua cabang ilmu pengetahuan yaitu filsafat, moral, politik, estetika, ekonomi, matematika, astronomi, dan linguistik.
Kenyataannya, linguistik sebagai ilmu bahasa yang kita pelajari sekarang sudah berkembang dari zaman Yunani kuno. Hal tersebut tidak lepas dari adanya kontroversi. Kontroversi-kontroversi tersebut terjadi karena adanya sudut pandang dan pernyataan ilmiah yang berlawanan. Wujud suatu kontroversi terletak pada perbedaan paradigma keilmuan yang diikuti. Namun demikian, justru dengan perbedaan tersebut akan berujung kepada titik temu yang memperkaya ilmu bahasa itu sendiri.
Pendapat de sausere (dalam Basuki, 2005:6) paradigma tersebut muncul karena bahasa dapat dilacak dari waktu ke waktu dan dapat pula dipelajari untuk satu jangka waktu tertentu Perbedaan pandangan atau paradigma tertentu pada ilmu bahasa (linguistik) memunculkan aliran-aliran liguistik. Pada hakikatnya aliran-aliran tersebut adalah penyempurnaan dari aliran sebelumnya, salah satunya adalah aliran transformasi generatif. Oleh karena itu, dengan memahami aliran-aliran linguistik tertentu kita pada akhirnya akan memiliki pemahaman tersendiri kekurangan dan kelebihan masing-masing aliran sehingga dapat menentukan aliran mana yang menurut kita lebih baik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan aliran Transformational Generative Grammer atau transformasi generatif yang dicetuskan oleh Chomsky (1965) kemudian dikembangkan oleh Halle (1973) dan Aronoff (1976). Selanjutnya teori ini dimodifikasi oleh Dardjowidjojo (1988) dan disesuaikannya dengan sistem bahasa Indonesia.
Sesuai latar belakang di atas maka muncul pertanyaan yaitu apakah aliran transformasi generatif itu? Bagaimana ciri-ciri aliran transformasi generatif? Apakah kelebihan dan kekurangan aliran transformasi generatif?

1.2     Permasalahan
Ilmu pengetahuan ditemukan berdasarkan usaha secara sadar yang bersifat empiris, sistematis, obyektif, analitis, dan verifikatif akan melahirkan sekumpulan pengetahuan tertentu. Hal serupa dengan ilmu bahasa memunculkan teori-teori yang pada dasarnya akan terus berkembang.
Salah satunya adalah aliran trasformasi generatif, aliran ini meninjau aspek bahasa berdasarkan sudut pandang bahasa itu sendiri, serta menelaah unsur-unsur dan fungsinya dalam bahasa yang diteliti. Untuk memahami lebih dalam mengenai aliran transformasi generatif rumusan masalah penulisan ini antara lain :
a.      Apakah aliran transformasi generatif itu?
b.      Bagaimana ciri-ciri aliran transformasi generatif?
c.       Apakah kelebihan dan kekurangan aliran transformasi generatif?

1.3     Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan yaitu :
a.      Memenuhi tugas matakuliah linguistik lanjut yang dibina oleh Prof.Dr.H.Sumadi, M.P.d. dan Dr.H.Sunaryo, Hs, S.H, M.Hum.
b.      Mendeskripsikan pengertian aliran trasformasi generatif.
c.       Mendeskripsikan ciri-ciri aliran trasformasi generatif.
d.      Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan aliran transformasi generatif.



2.4 BEBERAPA CONTOH PENERAPAN TEORI TRANSFORMASI GENERATIF
1.      Welcome, Ahlan wa Sahlan, Selamat datang merupakan tiga unsur struktur permukaan yang ditransformasikan dari satu struktur dalam yang sama.
2.      a. Mahasiswa melaksanakan rapat di ruang H4.
b. Mahasiswa melaksanakan belajar di ruang H4.
Kalimat di atas dapat diubah menjadi kalimat transformasi dengan menggunakan kaedah penggabungan, yaitu:
Mahasiswa melaksanakan rapat dan belajar di ruang H2-204.
3.      Nita memukul lalat.
Merupakan kalimat inti dengan berbagai ciri atau struktur yang tertera di atas. Kalimat tersebut dapat menjadi kalimat transformasional yaitu:
Lalat dipukul Nita.                          (pemasifan)
Nita tidak memukul lalat.              (pengingkaran)
Pukulah lalat itu!                            (perintah)
Siapa yang memukul lalat?            (penanyaan)
Memukul lalat Nita.                       (inversi)
4.      Salah satu dari ciri transformasi generatif adalah bahasa bersifat kreatif, contohnya adalah :
4.2     Peluhnya menganak sungai.
4.3     Sampah telah menggunung di tepi jalan.
Kata menggunung terbentuk dari kata gunung dan prefiks me- bermaksud menyerupai gunung.


5.      Adik menangis
Kaliamt di atas dapat ditransformasikan dengan beberapa cara, antara lain:
4.1     Dengan perubahan urutan kata, menjadi:
4.2     Dengan perubahan intonasi, menjadi:

















Bagaimanakah sejarah aliran tranformasi generatif?
Aliran transformasi yang dipelopori oleh Avram Noam Chomsky yang berakar pada penelitian dosennya yaitu Prof. Zellig Harris. Chomsky adalah seorang dosen yunior bidang filsafat di Universitas Harvard dan kemudian mendapat kedudukan tetap sebagai dosen sekaligus profesor linguistik di Institut Teknologi Massachussetts. Chomsky lahir dari latar belakang ahli bahasa, yaitu ayahnya adalah seorang ahli bahasa Yahudi yang kemudian diperdalamnya diperguruan tinggi Universitas Pennsylvania.
Selama puluhan tahun, linguistik struktural digandrungi para linguis modern sebagai satu-satunya aliran yang pantas diikuti dalam menganalisis bahasa. Kemudian pada tahun 1957, Aliran Transformational Generative Grammar atau dalam bahasa Indonesia lazim disebut tata bahasa transformasi, tata bahasa generatif atau tata bahasa transformasi klasik, lahir dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul Syntactic Structure pada tahun 1957. Adanya sambutan yang berupa kritik dan saran atas kekurangan yang ada dalam teori itu menyebabkan munculnya lagi buku Chomsky pada tahun 1965 dengan judul Aspect of The Theory of Syntax. Dalam buku ini, Chomsky telah menyempurnakan teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa perubahan yang prinsipil yaitu sebagai berikut.
1.    Komponen semantis suatu deskriptif linguistik berbentuk seperangkat kaidah interpretatif yang beroperasi pada sintaksis kalimat-kalimat kaidah ini agak mirip dengan kaidah fonologis.
2.    Ada pembedaan antara struktur lahir dan batin. Struktur lahir jauh lebih menyerupai struktur yang oleh para strukturalis langsung diabstrakkan dari bentuk kalimat. Struktur batin merupakan abstraksi yang berbeda tetapi dengan diakuinya struktur tersebut maka tersedia sistem yang lebih kaya untuk menganalisis dan menjelaskan hubungan timbal balik antara sintaksis dan semantik dalam kalimat-kalimat bahasa yang alami.
3.    Disribusi dari elemen-elemen sintaksis diubah secara bertahap yang memperkaya struktur frase atau struktur batin dengan mengorbankan kaidah trasformasi. Selanjutnya, trasformasi dikendalikan oleh struktur batin, dan kemudian dikemukakan bahwa trasformasi itu sendiri tidak mempunyai pengaruh terhadap makna kalimat. Kategori seperti negasi, pasif, pertanyaan, dan perintah serta hubungan subordinat dan koornidat secara formal diperkenalkan sebagai bagian dari kaidah trasformasi. Kaidah-kaidah ini kemudian dimasukkan ke dalam komponen dasar yang mengatur struktur batin dan leksikon bersama-sama dengan subkategorisasi nomina dan verba menjadi subkelas seperti nomina takterbilang dan nomina terbilang,verba transitif dan verba intransitif.
Teori dalam buku versi 1965 ini dikenal dengan nama “Standard Theory”. Kemudian dalam tahun 1972 diperkembangkan lagi dan diberi nama “Extended Standard Theory”, yang kemudian pada tahun 1975 direvisi lagi, dan diberi nama “Revised Extended Standard Theory”. Terakhir teori tentang tata bahasa transformasi ini direvisi lagi menjadi apa yang disebut “government and binding theory”.
2.3 Apakah perbedaan aliran tranformasi generatif dengan aliran linguistik sebelumnya?
1.1.1        Keunggulan dan Kelemahan Aliran Transformasional
1.      Keunggulan Aliran Transformasi
a.       Proses berbahasa merupakan proses kejiwaan bukan fisik.
b.      Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan berbahasa (linguistic competent dan linguistic performance).
c.       Dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan kaidah yang ada.
d.      Dengan pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilah antara substansi dan perwujudan.
e.       Dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya bersifat generatif.
2.      Kelemahan Aliran Transformasi
a.       Tidak mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa dan kalimat.
b.      Bahasa merupakan innate walaupun manusia memiliki innate untuk berbahasa tetapi tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.
c. Setiap kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep struktur.
2.5 Bagaimanakah contoh penerapan teori transformasi generatif pada kalimat?